9 Des 2014
8 Des 2014
Pramuka Wadah Tepat Revolusi Mental
JAKARTA – Pramuka yang
menjadi ekstrakurikuler wajib berdasarkan kurikulum 2013 merupakan wadah
yang tepat bagi revolusi mental generasi muda. Namun, revolusi mental
ini harus dibarengi dengan revolusi sistem.
“Gerakan Pramuka terus melakukan tahapan perubahan di segala lini. Bagi Gerakan Pramuka revolusi mental dan revolusi sistem adalah dua hal yang berjalin berkelindan, akreditasi dan pendataan ulang adalah bagian dari revolusi sistemik Pramuka,” ucap Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dalam acara “ESQ Character Building Tingkat I Kwartir Nasional ” di Taman Rekreasi Wiladatika, Jakarta, Senin (8/12).
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menargetkan pada 2018 seluruh
gugus depan (gudep) yang tersebar di seluruh Indonesia sudah
terakreditasi. Ia menargetkan pada tahun 2015 akreditasi 50 persen ,
tahun 2016 akreditasi 50 persen, 2017 akreditasi 70 persen. “2018
akreditasi 100 persen,” cetus dia.
Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas gudep, sambungnya, gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk mental generasi muda Indonesia berawal,” ujar Adhyaksa.
Kedepannya, Adhyaksa berharap pembina gudep di sekolah akan bertanggung jawab atas gudep terakreditasi. Dalam konteks ini pembina gudep akan bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. “Selain Gudep biasa ini juga berlaku bagi gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama,” jelas dia.
Selain akreditasi gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum 2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter generasi muda.
“Pembenahan ini merupakan bagian dari pembenahan fondasi organisasi Gerakan Pramuka, menjadi lebih baik, sekaligus cara kita untuk memudahkan gudep-gudep di seluruh pelosok Indonesia untuk melakukan akreditasi mengingat luasnya NKRI,” kata Adhyaksa.
Adhyaksa juga menekankan pentingnya aspek nasionalis dan religius dalam mengaplikasikan revolusi mental ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila Presiden Joko Widodo mengatakan kerja, kerja, kerja. Sedangkan, Pramuka mengatakan kerja, bersyukur, kerja, bersyukur, atau kerja, ngaji, kerja, ngaji.
“Karena jangan orintasinya dunia, tapi akhirat juga harus. Untuk mental, karena revolusi mental itu menurut saya jalan kembali ke nasionalis religius ajaran agama masing-masing, supaya mentalnya kuat, supaya orientasinya jelas ke kehidupan bangsa dan bernegara, dan kehidpan akhirat,” pungkas Adhyaksa.
[Sumber Berita : http://www.indopos.co.id]
Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas gudep, sambungnya, gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk mental generasi muda Indonesia berawal,” ujar Adhyaksa.
Kedepannya, Adhyaksa berharap pembina gudep di sekolah akan bertanggung jawab atas gudep terakreditasi. Dalam konteks ini pembina gudep akan bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. “Selain Gudep biasa ini juga berlaku bagi gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama,” jelas dia.
Selain akreditasi gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum 2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter generasi muda.
“Pembenahan ini merupakan bagian dari pembenahan fondasi organisasi Gerakan Pramuka, menjadi lebih baik, sekaligus cara kita untuk memudahkan gudep-gudep di seluruh pelosok Indonesia untuk melakukan akreditasi mengingat luasnya NKRI,” kata Adhyaksa.
Adhyaksa juga menekankan pentingnya aspek nasionalis dan religius dalam mengaplikasikan revolusi mental ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila Presiden Joko Widodo mengatakan kerja, kerja, kerja. Sedangkan, Pramuka mengatakan kerja, bersyukur, kerja, bersyukur, atau kerja, ngaji, kerja, ngaji.
“Karena jangan orintasinya dunia, tapi akhirat juga harus. Untuk mental, karena revolusi mental itu menurut saya jalan kembali ke nasionalis religius ajaran agama masing-masing, supaya mentalnya kuat, supaya orientasinya jelas ke kehidupan bangsa dan bernegara, dan kehidpan akhirat,” pungkas Adhyaksa.
[Sumber Berita : http://www.indopos.co.id]
5 Des 2014
Waka Kwarnas Bidang Lingkungan Hidup, H. Abdul Shobur: Lingkungan Hidup Sudah Masalah Dunia
JAKARTA, Lingkungan Hidup hari ini sudah
merupakan masalah dunia dan bukan masalah dari satu negara. Begitu
besarnya perhatian terhadap Lingkungan Hidup itu karena warga dunia
merasa kwartir apa yang akan terjadi kalau warga dunia tidak peduli akan
lingkungan disekitarnya.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang
Lingkungan Hidup, Drs. H. Abdul Shobur, SH, MM saat memberi sambutan
pada acara pembukaan Workshop/Semiloka Juknis Pramuka Peduli Lingkungan
pada Kamis malam (4/12) di Hotel Grand Cempaka, Jakarta.
Dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang diadakan
pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm (Swedia), diikuti oleh 113
negara dan puluhan peninjau, telah mengangkat masalah lingkungan hidup
tidak hanya menyangkut masalah suatu negara akan tetapi merupakan
masalah dunia, papar Kak Shobur.
Dari salah satu hasil konferensi Stockholm itu jelasnya, dibentuklah
satu badan PBB yang menangani masalah-masalah lingkungan yang disebut
“United Nations Environment Programme” atau UNEF. Konferensi juga
menetapkan tanggal 5 Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup Sedunia”.
Oleh karena itu ujar Shobur, Kwartir Nasional memandang penting
masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama dan alhamdulillah dalam
kepengurusan Kwarnas masa bakti 2013-2018 diangkat salah satu Waka yang
khusus mengurus Lingkungan Hidup.
Tanggal 4-6 Desember ini, Kwartir Nasional menyelenggarakan
Workshop/Semiloka Juknis Pramuka Peduli Lingkungan di Jakarta. dari
workshop ini ujar Kak Shobur diharapkan dapat menghasilkan rumusan dan
penyempurnaan Juknis yang nantinya menjadi pedoman dalam menjalankan
tugas mengawal lingkungan hidup.
Workshop menghadirkan 42 orang peserta dari 26 Kwartir Daerah Gerakan Pramuka seluruh Indonesia, 4 utusan dari Satuan Karya. sd*
4 Des 2014
Adhyaksa Dault Inginkan Pramuka Patriot Lingkungan
JAKARTA, Potensi Gerakan Pramuka yang sangat
besar serta jaringan yang mengakar sampai satuan paling kecil; 33
kwartir daerah, 497 kwartir cabang, 109.767 gugus depan punya potensi
sangat besar bagi negara untuk melakukan perubahan paradigma, perubahan
perilaku yang ramah lingkungan.
Ide besarnya adalah “Pramuka Patriot Lingkungan”
ungkap Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Dr. H. Adhyaksa Dault,
SH, M.Si saat membuka Workshop/ Semiloka Juknis Pramuka Peduli
Lingkungan Kamis malam (4/12) di Hotel Grand Cempaka, yang berlangsung
4-6 Desember 2014.
Pramuka diharapkan menjadi “Patriot Lingkungan” Gerakan Pramuka menjadi Eco Scouting
papar Adhyaksa. Sederhananya Pramuka nggak nyampah, Pramuka hemat air,
Pramuka hemat energy, Pramuka ramah lingkungan, dan Pramuka go green.
Menurut mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu, data kaum muda di
Indonesia (usia 10 sd 24 tahun) pada saat ini berjumlah 67 juta orang;
dimana 17.200.595 orang adalah anggota pramuka (25,67 %) menjadi potensi
yang strategis dalam upaya pelestarian dan perbaikan lingkungan hidup.
Kwartir Nasional menilai bahwa masalah lingkungan hidup menjadi hal
yang sangat penting dan strategis, dimana pada periode saat ini
(2013-2018) dalam struktur kepengurusannya diangkat Waka Kwarnas Bidang
Lingkungan Hidup dan Andalan Nasional yang secara khusus menangani
masalah Lingkungan Hidup.
Alam dan mencintai alam menjadi hal yang sangat penting di Gerakan
Pramuka karena menjadi dasar filosofi serta prinsip dalam melakukan
kegiatan dan kehidupan sehari-harinya seperti tertuang dalam Satya dan
Darma Gerakan Pramuka, ujarnya.
Adhyaksa mengatakan bahwa dalam mengamalkan Satya dan Darma Pramuka
sesuai Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, belajar sambil melakukan (learning by doing),
melalui kegiatan yang menarik dan menantang serta di alam terbuka,
Gerakan Pramuka telah banyak melakukan kegiatan bakti masyarakat (community service) dan pembangunan masyarakat (community development)
melalui Program Pramuka Peduli guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan anggota Gerakan Pramuka agar memiliki watak sosial dan
pengabdian masyarakat yang tinggi, serta peduli terhadap lingkungan
masyarakat.
Untuk menjaga alam semesta ini agar tetap lestari, kata Adhyaksa kita harus Respect for Nature, yaitu menghormati
alam dengan cara menjaga keseimbangan dan keselarasan alam. Hukum alam
dipercaya akan berlaku. Kita perlakukan alam dengan baik, alam-pun
akan memberi manfaat yang besar bagi kita. Didalam penyelamatan
lingkungan hidup, tidak ada kotak-kotak suku, ras, agama, status sosial
Kemudian ujar Adhyaksa Dault kita harus Back to nature/Kembali
ke Alam, yaitu suatu peringatan bagi kita bahwa ‘hidup modern yang
penuh kemudahan, kesenangan’, harus kita saring, tidak semua bagus. Yang
terbaik adalah memperlakukan alam sebagai sahabat yang harus
dipedulikan, karena sudah kita dapatkan dengan gratis dari Sang
Pencipta. Kita pelihara irama alam dengan menjaga keseimbangannya a.l.
dengan tidak serakah menghabiskan hutan, menebang pohon, membangun tanpa
memperhitungkan lingkungan hidup dan lain sebagainya
Terakhir adalah melakukan Gerakan Budaya untuk menjadikan Langkah
Penyelamatan Lingkungan Hidup sebagai gerakan budaya karena menyangkut
nilai-nilai (values) kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat. *)
2 Des 2014
Akreditasi Gudep Pramuka Adhyaksa: Revolusi Mental Harus Dibarengi Revolusi Sistem
Jakarta, Pramuka yang menjadi ekstrakurikuler
wajib berdasarkan kurikulum 2013 merupakan wadah yang tepat bagi
revolusi mental generasi muda. Namun, revolusi mental ini harus
dibarengi dengan revolusi sistem.
Demikian disampaikan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, dalam acara “Peluncuran Resmi Pelaksanaan Akreditasi Gugus Depan dan Data secara Nasional dan website www.akreditasi.gugusdepan.com”, di Taman Rekreasi Wiladatika (TRW), Cibubur, Jakarta, Selasa (2/12).
“Gerakan Pramuka terus melakukan tahapan perubahan di segala lini.
Bagi Gerakan Pramuka revolusi mental dan revolusi sistem adalah dua hal
yang berjalin berkelindan, akreditasi dan pendataan ulang adalah bagian
dari revolusi sistemik Pramuka,” kata Adhyaksa.
Ditargetkan, pada 2018 seluruh Gudep yang tersebar di seluruh
Indonesia sudah terakreditasi dengan target pada tahun 2015 akreditasi
50% , tahun 2016 akreditasi 50%, 2017 akreditasi 70%, dan 2018
akreditasi 100%.
Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas Gudep,
sebab Gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat
berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang,
Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk
mental generasi muda Indonesia,” ujarnya.
Kedepannya, Pembina Gudep di sekolah akan bertanggungjawab yang besar
atas Gudep terakreditasi. Dalam konteks ini Pembina Gudep akan
bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. Selain Gudep biasa ini juga
berlaku bagi Gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama.
Selain akreditasi Gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan
anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid
mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan
dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum
2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter
generasi muda.*)
Jakarta, Selasa 2 Desember 2014
Luqman Hakim Arifin
(Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka
Langganan:
Postingan (Atom)