PRAMUKA STAIN SAMARINDA

PRAMUKA STAIN SAMARINDA

Logo Racana Sultan Sulaiman - Aminah Syukur

Pangkalan STAIN Samarinda

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Menu

9 Des 2014

Maskot Raimuna Daerah Kaltim Tahun 2014


Ini dia maskot kegiatan teranyar DKD Kaltim, yaitu kegiatan Raimuna Daerah Tahun 2014. Maskot untuk kegiatan ini sendiri mengambil tema kepiting sokka yang menjadi andalan tuan rumah kegiatan ini yaitu Kota Balikpapan, maskot ini sendiri bernama kak Sokka imut kan maskotnya :)

8 Des 2014

Pramuka Wadah Tepat Revolusi Mental


JAKARTA – Pramuka yang menjadi ekstrakurikuler wajib berdasarkan kurikulum 2013 merupakan wadah yang tepat bagi revolusi mental generasi muda. Namun, revolusi mental ini harus dibarengi dengan revolusi sistem. 

“Gerakan Pramuka terus melakukan tahapan perubahan di segala lini. Bagi Gerakan Pramuka revolusi mental dan revolusi sistem adalah dua hal yang berjalin berkelindan, akreditasi dan pendataan ulang adalah bagian dari revolusi sistemik Pramuka,” ucap Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dalam acara “ESQ Character Building Tingkat I Kwartir Nasional ” di Taman Rekreasi Wiladatika, Jakarta, Senin (8/12). 

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menargetkan pada 2018 seluruh gugus depan (gudep) yang tersebar di seluruh Indonesia sudah terakreditasi. Ia menargetkan pada tahun 2015 akreditasi 50 persen , tahun 2016 akreditasi 50 persen, 2017 akreditasi 70 persen. “2018 akreditasi 100 persen,” cetus dia. 

Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas gudep, sambungnya, gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk mental generasi muda Indonesia berawal,” ujar Adhyaksa. 


Kedepannya, Adhyaksa berharap pembina gudep di sekolah akan bertanggung jawab atas gudep terakreditasi. Dalam konteks ini pembina gudep akan bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. “Selain Gudep biasa ini juga berlaku bagi gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama,” jelas dia. 


Selain akreditasi gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum 2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter generasi muda. 

“Pembenahan ini merupakan bagian dari pembenahan fondasi organisasi Gerakan Pramuka, menjadi lebih baik, sekaligus cara kita untuk memudahkan gudep-gudep di seluruh pelosok Indonesia untuk melakukan akreditasi mengingat luasnya NKRI,” kata Adhyaksa. 

Adhyaksa juga menekankan pentingnya aspek nasionalis dan religius dalam mengaplikasikan revolusi mental ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila Presiden Joko Widodo mengatakan kerja, kerja, kerja. Sedangkan, Pramuka mengatakan kerja, bersyukur, kerja, bersyukur, atau kerja, ngaji, kerja, ngaji. 


“Karena jangan orintasinya dunia, tapi akhirat juga harus. Untuk mental, karena revolusi mental itu menurut saya jalan kembali ke nasionalis religius ajaran agama masing-masing, supaya mentalnya kuat, supaya orientasinya jelas ke kehidupan bangsa dan bernegara, dan kehidpan akhirat,” pungkas Adhyaksa. 


[Sumber Berita : http://www.indopos.co.id]

5 Des 2014

Waka Kwarnas Bidang Lingkungan Hidup, H. Abdul Shobur: Lingkungan Hidup Sudah Masalah Dunia



JAKARTA, Lingkungan Hidup hari ini sudah merupakan masalah dunia dan bukan masalah dari satu negara. Begitu besarnya perhatian terhadap Lingkungan Hidup itu karena warga dunia merasa kwartir apa yang akan terjadi kalau warga dunia tidak peduli akan lingkungan disekitarnya.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Lingkungan Hidup, Drs. H. Abdul Shobur, SH, MM saat memberi sambutan pada acara pembukaan Workshop/Semiloka Juknis Pramuka Peduli Lingkungan pada Kamis malam (4/12) di Hotel Grand Cempaka, Jakarta.

Dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang diadakan pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm (Swedia), diikuti oleh 113 negara dan puluhan peninjau, telah mengangkat masalah lingkungan hidup tidak hanya menyangkut masalah suatu negara akan tetapi merupakan masalah dunia, papar Kak Shobur.

Dari salah satu hasil konferensi Stockholm itu jelasnya, dibentuklah satu badan PBB yang menangani masalah-masalah lingkungan yang disebut “United Nations Environment Programme” atau UNEF. Konferensi juga menetapkan tanggal 5 Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup Sedunia”.

Oleh karena itu ujar Shobur, Kwartir Nasional memandang penting masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama dan alhamdulillah dalam kepengurusan Kwarnas masa bakti 2013-2018 diangkat salah satu Waka yang khusus mengurus Lingkungan Hidup.

Tanggal 4-6 Desember ini, Kwartir Nasional menyelenggarakan Workshop/Semiloka Juknis Pramuka Peduli Lingkungan di Jakarta. dari workshop ini ujar Kak Shobur diharapkan dapat menghasilkan rumusan dan penyempurnaan Juknis yang nantinya menjadi pedoman dalam menjalankan tugas mengawal lingkungan hidup.

Workshop menghadirkan 42 orang peserta dari 26 Kwartir Daerah Gerakan Pramuka seluruh Indonesia, 4 utusan dari Satuan Karya. sd*

4 Des 2014

Adhyaksa Dault Inginkan Pramuka Patriot Lingkungan



JAKARTA, Potensi Gerakan Pramuka yang sangat besar serta jaringan yang mengakar sampai satuan paling kecil; 33 kwartir daerah, 497 kwartir cabang, 109.767 gugus depan punya potensi sangat besar bagi negara untuk melakukan perubahan paradigma, perubahan perilaku yang ramah lingkungan.

Ide besarnya adalah “Pramuka Patriot Lingkungan” ungkap Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Dr. H. Adhyaksa Dault, SH, M.Si saat membuka Workshop/ Semiloka Juknis Pramuka Peduli Lingkungan Kamis malam (4/12) di Hotel Grand Cempaka, yang berlangsung 4-6 Desember 2014.

Pramuka diharapkan menjadi “Patriot Lingkungan” Gerakan Pramuka menjadi Eco Scouting papar Adhyaksa. Sederhananya Pramuka nggak nyampah, Pramuka hemat air, Pramuka hemat energy, Pramuka ramah lingkungan, dan Pramuka go green.

Menurut mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu, data kaum muda di Indonesia (usia 10 sd 24 tahun) pada saat ini berjumlah 67 juta orang; dimana 17.200.595 orang adalah anggota pramuka (25,67 %) menjadi potensi yang strategis dalam upaya pelestarian dan perbaikan lingkungan hidup.

Kwartir Nasional menilai bahwa masalah lingkungan hidup menjadi hal yang sangat penting dan strategis, dimana pada periode saat ini (2013-2018) dalam struktur kepengurusannya diangkat Waka Kwarnas Bidang Lingkungan Hidup dan Andalan Nasional yang secara khusus menangani masalah Lingkungan Hidup.

Alam dan mencintai alam menjadi hal yang sangat penting di Gerakan Pramuka karena menjadi dasar filosofi serta prinsip dalam melakukan kegiatan dan kehidupan sehari-harinya seperti tertuang dalam Satya dan Darma Gerakan Pramuka, ujarnya.

Adhyaksa mengatakan bahwa dalam mengamalkan Satya dan Darma Pramuka sesuai Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, belajar sambil melakukan (learning by doing), melalui kegiatan yang menarik dan menantang serta di alam terbuka, Gerakan Pramuka telah banyak melakukan kegiatan bakti masyarakat (community service) dan pembangunan masyarakat (community development) melalui Program Pramuka Peduli guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota Gerakan Pramuka agar memiliki watak sosial dan pengabdian masyarakat yang tinggi, serta peduli terhadap lingkungan masyarakat.

Untuk menjaga alam semesta ini agar tetap lestari, kata Adhyaksa kita harus Respect for Nature, yaitu menghormati alam dengan cara menjaga keseimbangan dan keselarasan alam.  Hukum alam dipercaya akan berlaku.  Kita perlakukan alam dengan baik, alam-pun akan memberi manfaat yang besar bagi kita.  Didalam penyelamatan lingkungan hidup, tidak ada kotak-kotak suku, ras, agama, status sosial

Kemudian ujar Adhyaksa Dault kita harus Back to nature/Kembali ke Alam, yaitu suatu peringatan bagi kita bahwa ‘hidup modern yang penuh kemudahan, kesenangan’, harus kita saring, tidak semua bagus. Yang terbaik adalah memperlakukan alam sebagai sahabat yang harus dipedulikan, karena sudah kita dapatkan dengan gratis dari Sang Pencipta. Kita pelihara irama alam dengan menjaga keseimbangannya a.l. dengan tidak serakah menghabiskan hutan, menebang pohon, membangun tanpa memperhitungkan lingkungan hidup dan lain sebagainya

Terakhir adalah melakukan Gerakan Budaya untuk menjadikan Langkah Penyelamatan Lingkungan Hidup sebagai gerakan budaya karena menyangkut nilai-nilai (values) kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat. *)

2 Des 2014

Akreditasi Gudep Pramuka Adhyaksa: Revolusi Mental Harus Dibarengi Revolusi Sistem



Jakarta, Pramuka yang menjadi ekstrakurikuler wajib berdasarkan kurikulum 2013 merupakan wadah yang tepat bagi revolusi mental generasi muda. Namun, revolusi mental ini harus dibarengi dengan revolusi sistem.

Demikian disampaikan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, dalam acara “Peluncuran Resmi Pelaksanaan Akreditasi Gugus Depan dan Data secara Nasional dan website www.akreditasi.gugusdepan.com”, di Taman Rekreasi Wiladatika (TRW), Cibubur, Jakarta, Selasa (2/12).

“Gerakan Pramuka terus melakukan tahapan perubahan di segala lini. Bagi Gerakan Pramuka revolusi mental dan revolusi sistem adalah dua hal yang berjalin berkelindan, akreditasi dan pendataan ulang adalah bagian dari revolusi sistemik Pramuka,” kata Adhyaksa.

Ditargetkan, pada 2018 seluruh Gudep yang tersebar di seluruh Indonesia sudah terakreditasi dengan target pada tahun 2015 akreditasi 50% , tahun 2016 akreditasi 50%,  2017 akreditasi 70%, dan 2018 akreditasi 100%. 

Dengan adanya akreditasi akan terjadi peningkatan kualitas Gudep, sebab Gudep merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka yang menjadi tempat berkumpul dan berlatih para anggota muda baik Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. “Dari sinilah pendidikan kepramukaan membentuk mental generasi muda Indonesia,” ujarnya.

Kedepannya, Pembina Gudep di sekolah akan bertanggungjawab yang besar atas Gudep terakreditasi. Dalam konteks ini Pembina Gudep akan bekerjasama dengan sekolah dan madrasah. Selain Gudep biasa ini juga berlaku bagi Gudep Sako (Satuan Komunitas) yakni satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan yang berbasis antara lain profesi, aspirasi dan agama.
 
Selain akreditasi Gudep, Kwarnas Pramuka juga melakukan pendataan anggota secara online. Sebab selama ini belum ada data yang valid mengenai jumlah anggota Pramuka di seluruh Indonesia. Padahal dengan dimasukkannya Pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib dalam Kurikulum 2013, Pramuka menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter generasi muda.*)
Jakarta, Selasa 2 Desember 2014
Luqman Hakim Arifin
(Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka